Apa Itu Mengapa dan Puisi-puisi Lainnya
Table of Contents
APA ITU MENGAPA?
Pesan terakhir untuk seorang yang telah gugur harapan. Pesan ini ditulis dengan setulus-tulusnya..
Tentang senja yang tak lagi indah dan pagi yang tak lagi cerah bahkan malam yang gelap gulita .. menggunakan cara apapun kamu melangkah tetap seperti tawon hanya bisa berencana..
Ini adalah kepercayaan.. tokoh dalam pewayangan imajinasimu. Bahwa dalang harus punya kepercayaan lebih untuk menentukan pemenang, walau akhirnya kekalahan menjadi ajang yang paling dipamerkan....
Pesan terakhir untuk seorang yang telah tidur.. tak lagi bermimpi.. sudah tak lagi nyenyak.. semua hanya pertanyaan-pertanyaan...? Yang belum bisa menanti jawaban..
Hah....
Sudah tak ada pesan-pesan keramat dalam sejarah melankolia, sebab itu hanya prosa..
Yogyakarta, 2025
***
HENING
aku diperkenalkan oleh kata dan suara yang sama dari abjad berbeda.
"Jika kamu menjadi milikku maka akan kuserahkan seluruh jiwaku untuk tetap bersamamu"
Siapa orang yang masih berlindung di balik kalimat itu. Hanya majemuk, lembu dalam lembayung makin berkecamuk.
"dalam keadaan apapun akan ku perjuangkan kamu, bahkan sampai maut pun menjadi taruhan"
Siapa orang yang masih patuh dengan klimaks seperti itu. hanya sendu, sedang menjengkang, tertipu dari helai kain yang berongga pada sabda takdirnya.
Apa masih ada orang bahagia yang sesungguhnya..? Lalu sisa-sisanya hanya pura-pura.
Atau apa masih ada orang yang sedih sesungguhnya..? Lalu sisa-sisanya hanya benua harapan.
Siapa lagi yang harus disalahkan tentang hausnya perasaan manusia ini.. kadang tak manusiawi.
Siapa lagi yang harus dibenarkan tentang hak-hak pikiran manusia ini. Kadang hanya membuat kepikiran.
Seolah semua percuma tapi masih butuh pembelaan.
Seolah semua akan punah tapi masih butuh keadilan.
Siapa saja yang masih datar dalam penilaian dari diri sendiri. Pada akhirnya saling menyalahkan.
Begitu kedamaian yang tercipta semenjak hening berperang dengan diri sendiri.
Yogyakarta, 2025
***
DI JANUARI
Tak ada hujan yang lebih senyap di bulan Januari.
Asa, rasa, prosa, bergabung dalam sebuah masa yang terangkai indah sebagai bunga aksara.
Merangkum sebagian lembar lembar sunyi yang terekam seperti diksi-diksi liminasi.
Rengkah bunyinya sama sekali tak punya irama rayuan jelita.
Bahkan ritme permainan dari dentik jatuhan air seolah mengundang kecewa.
Orang dari keramaian memandang detik-detik suara imbuhan sayu
Merangkak sedikit bersamaan dengan tunggu dan tabu.
Ah. Begitu saja basah tanahnya sudah saja terjadi..
Tangisnya masih mengerunggu..!
Itu apa ya cerah..?
Cerah sama saja seperti resah
Tapi jelitanya hanya warna
Bukan cerita-cerita penawar yang mengandung romansa dari sekuntum jiwa yang tercipta bak bunga Kamboja
Yogyakarta, 2025
***
CEMBURU
Di pantai itu,
Aku melihatmu lebih cantik,
Melihatmu lebih dekat,
Melihatmu lebih anggun,
Melihatmu lebih akrab dengan alam indahnya,
Baju yang kamu pakai itu aku lupa,
Warna apa? Sebab pesonamu yang aku jumpai,
Kerudung yang kamu pakai, aku juga lupa.,
Warna apa? Sebab parasmu yang lebih aku perhatikan,
Di pantai itu,
Aku sangat cemburu pada hujan,
Yang lebih kamu perhatikan, lebih memilih basah saja,
Aku juga cemburu pada pohon,
Kamu memilihnya menjadi teduh yang nyaman.
Sedangkan aku hanya bergumam
"Andai aku alam mungkin aku yang memilih melindungimu secara diam diam"
Dan aku juga berpesan pada alam:
"peluklah dan buatlah dia lebih bahagia, sebagaimana
aku juga menikmati indahmu"
Yogyakarta, 2025

Post a Comment