Bertani Maju dengan Ilmu

Table of Contents


 
Rontalin.com - Bertani tak seharusnya identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Lewat Sakera Farm, komunitas yang digagasnya untuk visi “bertani dengan ilmu,” Sutipyo Erhan pelan-pelan mengokohkan keyakinan bahwa bertani, seperti usaha lainnya, bisa berkembang dan maju apabila dijalankan dengan ilmu.

Di Sakera Farm, bertani dengan ilmu diterjemahkan dalam praktik bertani yang dibimbing oleh pengetahuan. Ada serangkaian proses di sana, mulai dari mengenali karakter lahan, menelaah komoditas yang akan ditanam, hingga memastikan hasil panen sesuai kebutuhan pasar. Dengan begitu, setiap langkah dalam bertani memiliki arah, bukan sekadar rutinitas turun-menurun.

Uniknya, Sutipyo sendiri bukan lulusan fakultas pertanian. Ia hanya seorang yang didorong oleh keinginan untuk bertani dengan cara modern. Ilmunya diperoleh dari belajar langsung pada orang-orang yang telah menjalankan metode bertani berbasis ilmu dan teknologi.

Ia membawa komunitas Sakera Farm melangkah jauh, menjelma layaknya laboratorium terbuka. Di atas lahan yang mereka kelola, Sutipyo dan timnya mencoba berbagai komoditas baru, mulai dari semangka hingga melon, dan hasilnya menjadi pengetahuan bersama warga sekitar. Dari upaya eksperimental itu, hasilnya pun nyata: sejak Mei hingga Agustus 2025, produksi semangka dari berbagai varietas di Sakera Farm mencapai 27 ton, dengan 70 persen hasilnya menembus pasar luar Madura, sementara 30 persen terserap di pasar lokal.

Potensi produksi berikutnya, dari September hingga November 2025, juga menjanjikan: diperkirakan mencapai 34 ton, terdiri atas 29 ton semangka dan 5 ton melon. Dengan demikian, total perkiraan produksi Sakera Farm sepanjang tahun 2025 mencapai 61 ton — angka yang menjadi bukti konkret bahwa bertani dengan ilmu benar-benar bisa meningkatkan produktivitas dan daya saing petani.

Dengan hasil seperti itu, Sakera Farm bukan hanya tempat bercocok tanam, melainkan juga ruang belajar bersama. Warga sekitar yang awalnya ragu kini mulai berani mencoba komoditas baru, karena tahu bahwa ada dasar ilmiah di balik setiap langkah. Sakera Farm pun membantu mencarikan pasarnya. Dengan cara seperti itu, pertanian tak lagi stagnan, melainkan menjadi semakin hidup.

Apa yang ditunjukkan Sutipyo adalah menyulap yang tampak mustahil menjadi kenyataan. Kata Mandela: “It always seems impossible until it’s done.”

*
Ada hal yang tak kalah penting di sini: keberhasilan Sakera Farm dalam menggairahkan pertanian perlu disebarkan. Sutipyo tampak malu-malu saat aku usulkan itu. “Beritanya sudah banyak,” katanya. Tapi rasanya tak ada kata terlalu banyak untuk mengisahkan sesuatu yang jelas edukatif bagi petani, terutama anak muda.

Apalagi jika cara kita menyajikannya tak sedatar dan kering ala berita straight news yang sekadar memenuhi hukum 5W+1H. Gaya yang kuusulkan adalah storytelling journalism — berita yang bercerita, menekankan pada how, menggali aspek-aspek penting tentang bagaimana ia dan Sakera hadir, keteguhan diuji, dan hasil membawa perubahan.

Kini era digital membuka ruang untuk berbagi kisah yang lebih hidup: tak melulu lewat teks, tapi juga melalui medium audio-visual di media sosial. Kita berharap Sakera Farm terus aktif menggairahkan cara bertani dengan ilmu, dan kisah-kisah suksesnya terus ditebarkan untuk menggugah lebih banyak orang agar mau bertani.

*
Visi bertani dengan ilmu berangkat dari kesadaran sederhana bahwa stagnasi pertanian sering kali bukan semata karena faktor eksternal — misal tanah tandus dan cuaca tak menentu — melainkan juga karena keterbatasan pengetahuan. Keterbatasan itu seperti penjara: mencegah petani keluar dari zona nyamannya, hingga akhirnya mereka memilih bertahan menjalankan rutinitas turun-temurun.

Di masyarakat, ada semacam hukum tak tertulis: bertanilah seperti pada umumnya. Mencoba hal baru dan gagal hanya akan memantik cibiran: makanya jangan aneh-aneh.

Di sinilah keberadaan Sutipyo dan Sakera Farm menjadi penting. Ada dua hal yang mereka dobrak: menyuguhkan pengetahuan sehingga membuka jalan baru bagi petani untuk bertani dengan ilmu, dan menumbuhkan keberanian mental untuk mencoba hal baru. Keduanya saling menguatkan.

Pemahaman bahwa tanah bisa menumbuhkan lebih banyak komoditas daripada yang selama ini dipercaya, juga bahwa setiap komoditas punya metode tersendiri, memberi alasan bagi petani untuk tidak takut dicibir. Karena kini mereka punya dasar, punya ilmu. Singkatnya, Sutipyo dan Sakera Farm mendobrak mental keberanian sekaligus memperkaya pandangan dengan pengetahuan baru — dan hasil panen puluhan ton setiap tahunnya adalah bukti nyata bahwa ilmu memang bisa membuat tanah berbicara lebih banyak.

Post a Comment