Tak Ada Lagi God Valley

Table of Contents

Gambar: One Piece Wiki

 

God Valley adalah kebenaran sejarah yang dikubur penguasa.

Di kapal angkatan laut World Government, dalam perjalanan pulang dari God Valley, pulau yang menyimpan kisah tragis dan kekejaman, Imu-sama, sang penguasa yang meminjam tubuh Saturn (salah seorang dari Lima Tetua, Five Elders di manga One Piece), memberi pesan yang terdengar sederhana, namun tegas dan mengerikan: "God Valley itu tak pernah ada, jelas?"

Ucapan yang menyamar pernyataan itu sejatinya perintah politik: God Valley dan segala cerita kekejaman di sana itu harus dihapuskan dari sejarah. Tak ada yang boleh mengingat, menuliskan atau mewariskannya.

Di sinilah kita melihat kekuasaan beroperasi sebagai ‘regime of truth’: penguasa selalu berupaya mengontrol kebenaran dengan memilah-milah mana fakta yang boleh dibiarkan hidup dan mana yang mesti dihapuskan. Karena itu, rasanya tepat jika kita selalu menaruh curiga pada sejarah versi penguasa. Sebab di tangannya, sejarah tak lagi berdiri sebagai catatan objektif melainkan sebagai produk politik.


*

Kekuasaan itu rapuh. Ia berdiri di atas penyangga yang mudah retak. Itu sebabnya, dari waktu ke waktu dalam sejarah, kekuasaan mengalami siklus lahir, berdiri kokoh lalu hancur untuk digantikan kekuasaan baru yang mengulangi pola yang sama.

Meski begitu, penguasa tahu bahwa mengontrol narasi adalah salah satu cara menjaga kekuasaan tetap legitimate, absah. Peristiwa God Valley mempertontonkan praktik kontrol itu: Imu menginstruksikan penghapusan narasi sejarah God Valley. Ia khawatir, sejarah itu bisa memicu percikan api pemberontakan yang bisa mengguncang sendi-sendi kekuasaannya.

Tapi kekuasaan Imu begitu besar, juga kesewenangan antek-anteknya juga melampaui batas, seringkali memicu persoalan, dan menanam benih kehancuran dari dalam. 

Di God Valley, kesewenangan itu mewujud dalam tingkah bengis Tenryubito, kaum bangsawan naga langit, para oligarki, keturunan para raja pertama pendiri pemerintahan dunia, yang dilindungi kekuasaan. Mereka, dengan kekuasaan besar, tak jarang menepuk dada sendiri dengan dengan arogan dan menganggap diri dewa, memperlakukan warga pulau itu seperti serangga. Mereka membantai mereka tanpa perasaan berdosa.

Jika kesewenangan seperti ini, pengabaian mereka atas kemanusiaan dan keadilan terus diberi tempat, maka kehancuran akan terus membayangi kekuasaan Imu dan lingkarannya. Di mana ada kekuasaan yang menindas, di situ ada perlawanan. Mungkin pada awalnya perlawanan kecil, diam-diam, yang suatu saat bisa membesar dan mengguncang.


*

Praktik kekejaman Tenryubito itu salah satunya tergambar di God Valley, dalam kilas balik Arc Elbaf. 

Pulau itu dipilih oleh mereka sebagai tempat pemuas hasrat, hiburan, bersenang-senang. Dan apa yang menyenangkan bagi mereka, begitu mengerikan bagi warga pulau itu: mereka menggelar lomba 'Pembantaian Manusia'. Siapa di antara mereka paling banyak membantai, membasmi manusia-manusia di pulau itu, maka dialah pemenangnya. 

Hadiahnya macam-macam: emas, berlian, buah iblis bahkan Shakuyaku mantan orang nomor dua setelah Gloriosa di pucuk pimpinan bajak laut Kuja yang dikenal sangat cantik. Perempuan itu bikin para sosok hebat seperti Roger, Garling dan banyak lainnya termehek-mehek mengejar cintanya.

Kekejaman mereka di God Valley itu, juga di tempat-tempat lain, seperti mendapat ‘restu’ dari penguasa. Angkatan Laut - yang pasalnya membawa misi keadilan - menutup mata dengan apapun yang dilakukan mereka. Padahal banyak nyawa melayang. Harga kemanusiaan begitu murah di tangan mereka. 

Di sinilah kita dipertontonkan paradoks pemerintahan dunia di One Piece - mungkin juga pemerintahan di mana-mana: mereka dihadirkan untuk melindungi warganya dengan perlengkapan aturan dan penegakan hukumannya (ada angkatan laut sebagai aparatus kekerasannya), tapi pada praktiknya seringkali menyimpang: di satu sisi hukum tumpul pada pihak-pihak tertentu yang dekat pada kekuasaan (misal pada Tenryubito, organisasi preman Shichibukai, dll), dan tajam pada pihak yang di luar kekuasaan (warga biasa serta para bajak laut yang tak berpihak ke pemerintah). Hukum dan aparatus kekerasannya hanya jadi alat kekuasaan. Di One Piece, aturan dan aparatusnya yakni Marines hanya jadi penyepong penguasa dan lingkarannya: Imu-sama dan Tenryubito, sang oligarki.


*

Apa yang terjadi kemudian adalah sebuah takdir sejarah: kekejaman Tenryubito seperti magnet, menarik orang-orang untuk datang - meskipun dengan niat yang berlain-lainan: Rocks D. Xebec, sang bajak laut paling nekat saat itu, datang dengan misi menyelamatkan anak dan istrinya; kru-krunya yang kelak jadi Yonko seperti Shirohige, Big Mom dan Kaido datang untuk ketenaran dan kekayaan; Gold D. Roger, sosok bajak laut legendaris, terpanggil oleh cinta untuk menyelamatkan Shakuyaku meski akhirnya ia - bersama Gaban dan lainnya - hanya bisa menangis lantaran perempuan itu ditolong dan memilih Rayleigh; dan Laksamana Monkey D. Garp yang disegani di Marines sekaligus kakek ayah Dragon dan kakek Luffy, datang dengan misi menangkap Rocks dan Roger.

Pertemuan berbagai kepentingan itu menjelma kekacauan. Para bajak laut mengamuk, merebut harta, dan siapapun yang menghalangi jadi sasaran. Tenryubito harus dievakuasi oleh para Marines. Garling, sang sosok yang dibanggakan di kalangan Tenryubito, terkapar tak mampu menghadapi Rocks, dan hingga pada puncaknya Imu-sama, sang penguasa sendiri, turun tangan.

Imu sempat mendapatkan perlawanan sengit dari Rocks, Roger, Garp, Shirohige, Big Mom dan Kaido. Namun ia terlalu over power. Ia lalu menggunakan tubuh Rocks yang kena Domi Reverse untuk meneruskan pembantaian manusia di God Valley, termasuk seluruh keluarga dari garis keturunan klan Davy yang ditakuti sang penguasa. 

Kekejaman Rocks dalam kendali Imu akhirnya berakhir lewat dua serangan gabungan maksimal dari Roger dan Garp. Rocks tumbang, yang ironisnya juga kemanusiaan di pulau itu. Pulau itu menanggung kesepian ditinggalkan para penghuni: ditinggal mati atau melarikan diri. Belum lagi akhirnya pulau itu dilupakan sejarah. Juga segala peristiwanya.


*

Apakah penghapusan sejarah God Valley oleh sang penguasa itu sepenuhnya berhasil? Rasanya tidak. Ada banyak saksi mata yang berhasil melarikan diri dan kini masih hidup.

Apa yang terjadi kemudian adalah pertarungan narasi sejarah. Dalam sejarah versi penguasa, God Valley dan segala peristiwanya tak pernah ada. Tapi saksi mata yang masih hidup punya versi lain: ada Garp yang nampaknya masih hidup, ada Dragon (anak Garp, yang keluar dari Marines dan kini jadi pemimpin Revolutionary Army, musuh pemerintah), mungkin juga ada Kaido dan Big Mom (apakah mereka masih hidup setelah dikalahkan Luffy dan kawan-kawan segenerasinya?), ada kawan-kawan Roger yang sebagian masih hidup (Rayleigh dan Gaban sepertinya masih hidup), dan lain-lain.

Jika mereka, para saksi mata, peduli pada kebenaran sejarah, diam-diam melestarikan peristiwa itu, mewariskan pada generasi-generasi berikutnya, bukan tak mungkin, kelak suatu hari, narasi sejarah yang dipinggirkan penguasa itu akan muncul dan mengguncangkan dunia, mengguncang stabilitas narasi sejarah penguasa, mengungkap dosa-dosa penguasa.

Ini soal waktu: tak ada kekuasaan yang abadi.


Post a Comment