Engkau seperti Puisi yang Kutulis dalam Kitab 'Tabrizi'

Table of Contents

 




Jika doaku tidak pernah kembali maka setiap yang berbisik adalah engkau

Cintaku... karena nafas penyair adalah ritual para sufi, aku ingin menulis lagu romantis, mengumpamakan Layla adalah engkau yang  mengutukku dengan hibah cinta, tertulis dalam zirah, aku ingin menari Darwis selayaknya Rumi sembari membisikkan namamu pada langit sebagai doa terakhir yang Majnun pun tak mampu menjawabnya: "bunga jentik dari melayu hatiku".

Sunyi itu..!

Bisu aku dalam rindu

Terkubur aku dalam hikal waktu

An...

Aku hanya ingin menyampaikan surat pertama dari Adam: tentang attah berantah dan takwil cinta yang pernah kutiupkan lewat bulan sabit di jantungmu:

Adakah dingin itu tumbuh seperti detak nadiku?


Dan malam ini_

Ku talkin kembali sepasang matamu seperti sebilah rindu berpendar menyibak malam membangunkan tidur pulas ashabul kahfi: "bahwa engkau adalah tulang zulbi yang Hawa titipkan padaku"

Dan engkau adalah perempuan yang sempat menulis namaku di atas pasir seperti para sufi dalam lembaran sajak Tabrizi 'cinta dari nyawa seribu pujangga di ujungnya'.


Akulah penyair itu, An..!

Yang setia menggambar kematiannya sendiri di negerimu, negeri yang kuberi nama GHAZAL dari ayat cinta pertama.

Dan akulah laki-laki itu, lelaki penunggu malam yang selalu membisikkan namamu yang kau sebut sihir:

An...! aku ingin bersyahadah di hatimu di sepanjang doa yang tak pernah kembali.

Post a Comment