PPP Jawa Timur, Navigator PPP Masa Depan

Table of Contents


 

Rontalin.com - Dalam situasi global yang penuh gejolak dan ketidakpastian, pertanyaan besar muncul: bagaimana Indonesia dapat menciptakan masa depan yang stabil dan berdaya saing? 

Warren Bennis dan Burt Nanus, dua pakar kepemimpinan Amerika, sejak lama menyebut bahwa masa depan akan selalu bergerak dalam suasana serba rumit, kompleks, dan ambigu. Dalam konteks seperti ini, kemampuan melihat jauh ke depan dan membangun sumber daya manusia yang tangguh menjadi kunci keberhasilan setiap organisasi, termasuk partai politik.

Hal ini sejalan dengan pandangan Ketua DPW PPP Jawa Timur, Mundjidah Wahab, yang berulang kali menegaskan bahwa dalam situasi sesulit apa pun, PPP tidak boleh kehilangan fokus dari agenda strategis: menyiapkan kader yang militan, berintegritas, dan diterima masyarakat luas. Kesadaran inilah yang menjadi pondasi transformasi PPP Jawa Timur hari ini.

Warisan Historis dan Tantangan Kontemporer

PPP lahir pada tahun 1973 melalui fusi empat partai Islam: NU, Parmusi, PSII, dan Perti, sebagai bagian dari penyederhanaan sistem kepartaian di era Orde Baru. Dengan basis massa Islam yang sangat besar, PPP secara historis memiliki modal politik yang kuat dan seharusnya mampu memainkan peran penting dalam panggung nasional.

Namun perjalanan panjang PPP tidak pernah mulus. Tahun 1984 menjadi titik balik pahit. Saat itu, PPP dipaksa menerima asas tunggal Pancasila dan mengganti lambang Ka'bah, yang berujung turunnya perolehan suara pada Pemilu 1987. 

Setelah Reformasi 1998, PPP memang kembali pada asas Islam dan simbol lamanya, namun euforia demokrasi membuka pintu bagi banyak partai baru yang juga mengklaim diri sebagai partai Islam. Fragmentasi inilah yang menyebabkan penurunan suara PPP secara berkelanjutan, dari 10,8% pada 1999 hingga 4,52% pada 2019. Puncaknya, Pemilu 2024 menjadi titik terendah: PPP gagal melampaui ambang batas parlemen dan tersingkir dari Senayan. 

Belum lagi konflik internal yang berkepanjangan pasca Muktamar yang membuat langkah partai semakin berat.

PPP sebagai institusi politik tua seolah menghadapi pertanyaan yang sangat fundamental: apakah ia akan tergerus zaman, atau justru bangkit dengan wajah baru?

PPP Jawa Timur: Laboratorium Perkaderan untuk Kebangkitan

Di tengah situasi suram itu, PPP Jawa Timur mengambil langkah yang tidak banyak dipilih partai politik: kembali pada akar organisasi yakni perkaderan. Melalui program Latihan Kepemimpinan Kader Madya (LKKM) dan Training of Trainer (TOT), PPP Jawa Timur mencoba membangun ulang fondasi partai: sumber daya manusia.

Pendekatan yang dipakai bukan lagi pola lama yang bersifat seremonial. 

PPP Jawa Timur menyiapkan sistem perkaderan modern, berbasis data, riset lapangan, dan dukungan lembaga survei. DPC, PAC, hingga Ranting menjadi bagian dari arsitektur pelatihan yang berjenjang dan sistematis. Dengan kata lain, PPP Jatim mulai bekerja layaknya organisasi modern yang memahami pentingnya kesinambungan pembibitan kader.

Memang, seperti dikatakan akademisi Hukum Tata Negara Universitas Lampung, Iwan Satriawan, hingga kini belum ada model kaderisasi ideal di Indonesia, baik di partai politik maupun organisasi masyarakat. Kritik itu benar adanya. Namun justru karena belum ada model yang baik, PPP Jawa Timur memiliki peluang menjadi pionir.

Dan jika ada wilayah yang memiliki kapasitas untuk menjadi “pilot project” pembaruan partai, Jawa Timur adalah tempatnya: wilayah dengan basis kultural Islam yang kuat, tradisi politik matang, dan struktur partai yang relatif solid.

Membaca Arah Masa Depan PPP

Langkah PPP Jawa Timur sesungguhnya menunjukkan satu kesimpulan penting: masa depan PPP tidak dapat dibangun dengan nostalgia sejarah atau mengulang ritus lama. Masa depan hanya dapat dijemput dengan kerja sistematis, pencetakan kader berdaya saing, dan membangun kepercayaan masyarakat melalui kualitas manusia yang ditawarkan partai.

Jika PPP ingin kembali ke parlemen, bahkan kembali menjadi kekuatan politik yang diperhitungkan, maka jalan satu-satunya adalah memastikan setiap kader yang turun ke masyarakat adalah sosok yang terlatih, visioner, dan memiliki komitmen pengabdian. 

LKKM dan TOT bukan sekadar program, melainkan investasi jangka panjang untuk membangun etos baru PPP.

PPP Jawa Timur tengah mengirimkan pesan kepada seluruh daerah: kebangkitan PPP tidak datang dari elite nasional, tapi dari fondasi paling dasar: kader.

Post a Comment